Sunday, October 15, 2017

MAKALAH NAIBUL FA'IL

NAIBUL FAIL

BAB I
PENDAHULUAN

Alhamdulillah ucapan puji syukur tiada hentinya selalu saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta hidayahnya yang telah diberikan kepada kita, sehubungan dengan tertulisnya makalah ini saya sebagai penulis mengucapkan banyak – banyak terima kasih atas dukungan dan bimbingan ustadz atas tertulisnya makalah ini.
Untuk memudahkan pada pembaca untuk mempelajari ilmu nahwu para pembaca harus mempelajari dasar ilmu nahwu dan ilmu nahwu itu sangat penting untuk dipelajari karena dengan ilmu nahwu kita bisa mengerti dan memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits untuk itu penulis akan menerangkan bab yang paling penting di dalam ilmu nahwu yaitu Naibul Fail karena dengan memahami salah satu bab itu memang sangat penting dan di dalam penulis akan menerangkan beberapa pengertian – pengertian naibul fail dan lain – lain agar dapat memudahkan pada para pembaca untuk mempelajari dan memahami Naibul Fail dengan baik.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Naibul Fail
Naibul Fail ialah isim yang di baca rofa’ yang menempati tempatnya fail yang dibuang atas isim yang disandarkan pada fi’il mabni majhul atau yang menyerupainya. Dan dalam pengertian lain naibul fail ialah maf’ul bih yang ditempatkan pada tempat fa’il setelah membuangnya dan di beri semua hukumnya fa’il. Dan di dalam pengertian naibul fail harus di ketahui bahwa naibul fail di bagi dua yaitu naibul fail isim dlomir dan naibul fail isim dhohir dan contoh dari isim dlomir adalah seperti lafadz نصرنا، نصرت dan lain – lain dan contoh – contoh naibul fail dari isim dhohir seperti lafadz  نصر الجيشdan isim dlohir itu di bagi dua yaitu:
1. Dlomir muttasil
2. Dlomir munfashil
Isim dhohir di bagi menjadi tiga yaitu:
1. Isim Mufrod
2. Isim Tasniyah
3. Isim Jamak[1]

B.   Sebab – sebab membuang Fa’il
Di dalam pembuatan naibul fail itu karena dibuangnya fa’il dan diantara sebab – sebab membuang, fa’il adalah:
1.   للعلم به(Karena sudah  di ketahui)
Contoh: وحلق الانسان ضعيفا
2.  للجهل به(Karena tidak di ketahui, jadi tidak bisa menyebutkan)
Contoh: سرق الامتعة البارخة
3.  للخوف عليه(Karena mengawatirkan fa’il)
Contoh: ضرب ابن احيك مساء
4.  للحوف منه(Karena takut padanya)
Contoh: اختطفت طائرة جارودا المتو جهة الهند
5.  للرغبة فى اخفاءه للابهام(Karena ingin atau bermaksud untuk menyelamatkan dan merahasiakan)
Contoh: ركب الحصن امام ساحة المدرسة
6.  لتعظيمه / لبشر فه(Karena kemuliaannya atau karena mengagungkannya)
Contoh: علملت الفاحشة فى اليلة المنصرمة
7.  لتحقيره(Karena meremehkannya)
Contoh: ئظم المعهد تنظيما رصينا معجبا
8.  لعدم تعلق الفئدة بذكره(Karena tidak ada gunanya untuk disebutkan)
Contoh وادا حبيتم بتحية فحية فحيوا باحسن منها اوردواها :[2]

C.   Cara membuat fi’il mabni majhul
Untuk membuat fi’il mabni majhul untuk fi’il madli yaitu huruf pertama harus di baca dhomah dan huruf sebelum ahir dibaca kasroh dan untuk fi’il mudhori’ maka huruf prtama dibaca dhomah dan huruf sebelum akhir dibaca fathah.
Contoh:
Fi’il madli قرئ القران :
Fi’il Mudhori: ينصر الجيش
Dan dalam pembuatan fi’il mabni majhul jika fi’il madli yang disandarkan pada naibul fail itu huruf pertama berupa ta’ muthowa’ah  (تاءالطاوعة)maka huruf yang kedua juga dibaca dlomah seperti huruf pertama contoh: تعلمت
Dan jika fi’il madli yang dimabnikan majhul itu, jika huruf pertama berupa hamzah wasul, maka huruf yang ketiga juga dibaca dlomah seperti huruf pertama.[3]
Contoh: استحرج
Apabila fi’il madli yang dimabnikan majhul itu terdiri dari fi’il sulasi mu’tal ain (fi’il yang a’in fi’ilnya berupa huruf ilat) maka fa’ilnya bisa dibaca tiga macam bacaan yaitu:
1. Di baca kasroh dan mengganti huruf ilat (alif) dengan ya’
Contoh:  بيعتasalnya باع
2. di baca dlomah dan mengganti alif dengan wawu
Contoh:  بوعasalnya باع
3. di baca isymam (membaca)
Fi’il madli tsulasi binak mudloaf (yang ‘ain fi’ilnya dan lam fi’ilnya hurufnya sama) yang mabnikan majhul itu fa’ilnya juga bisa dibaca tiga macam yaitu dlomah, isymam, kasroh. [4]
Contoh: مدالحبل، مدالحبل، مدالحبل
Fi’il madhi tsulasi mazid khumasi yang ikut wazan  افتعلdan  انفعلyang terdiri dari fi’il mu’tal ‘ain  (معتل العين)itu jika di mabnikan majhul tiga macam: dlomah, kasorh dan isymam seperti fa’ fiilnya fiil tsulasi mu’tal ‘ain yang dimabnikan majhul.
Contoh:
a. yang ikut wazan احتور : افتعل
b. yang ikut wazan انقيد: انفعل

D.  Lafadz – lafadz yang bisa dijadikan naibul fa’il
Lafaldz – lafadz yang bisa dijadikan naibul fail itu ada empat yaitu:
1. Maf’ul bih contoh:
 قرئ القرانAsalnya قرأ محمد القران
2. Masdar contoh:
 فرح زيد فرحا شديدAsalnya فرح فرح شديد
3. Jer majrur contoh:
 جلس على الكرسىAsalnya جلس حالد على الكرسى
4. Dhorof contoh:
 صيم رمضانAsalnya صام المسلمون رمضان [5]
Dhorof, masdar, jer majrur itu tidak bisa dijadikan naibul fa’il (sekalipun sudah memenuhi syarat) jika dalam susunan atau kalimat itu ada maf’ul bih (jadi yang berhak atau harus dijadikan naibul fa’il adalah maful bih) akan tetapi kadang – kadang ada juga yang dijadikan naibul fail (padahal dalam kalimat tersebut terdapat maf’ul bih)


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Naibul Fa’il adalah isim yang dibaca rafa’ yang mengganti kedudukan fa’il dan naibul fa’il itu dibagi dua yaitu terdiri dari isim dlomir dan dhohir. Isim dlomir itu sendiri di bagi dua yaitu dlomir mutasil dan munfasil dan isim dhohir itu dibagi tiga yaitu terdiri dari isim mufrod, isim jamak, dan isim tasniyah dan sebab – sebab membuang fail adalah:
1.   للعلم به
2.  للجهل به
3.  للخوف عليه
4.  للحوف منه
5.  للرغبة فى اخفاءه للابهام
6.  لتعظيمه / لبشر فه
7.  لتحقيره
8.  لعدم تعلق الفئدة بذكره
Sedangkan untuk membuat fi’il mabni majhul adalah bila terdiri dari fi’il madli maka huruf pertama di baca dlomir dan huruf sebelum ahir dibaca kasroh, dan jika terdiri dari fi’il mudlorik maka huruf pertama dibaca dlomir dan huruf sebelum ahir dibaca fathah dan lafadz – lafadz yang bisa dijadikan naibul fa’il itu ada empat yaitu: 1. Maf’ul bih 2. masdar 3. jer majrur 4. dhorof. Dan untuk masdar jer majrur dan dhorof itu tidak bisa dijadikan naibul fa’il jika dalam kalimat terdapat maf’ul bih.


B.   Saran
Untuk para pembaca kami sebagai penulis menyarankan untuk mempelajari sesuatu itu pelajarilah dari bawah lalu pelajari yang lebih atas lagi begitu juga dengan ilmu nahwu pelajari dari bab paling dasar lalu pelajari yang lebih atas agar lebih mengerti dan memahami ilmu nahwu dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Sholeh, M. Mafthuhin, 1986. Terjemah Alfiyah Ibnu Malik juz 2, Surabaya: Putra Jaya
Sholeh, M. Mafthuhin, 1986. Terjemah Alfiyah Ibnu Malik juz 2 soal jawab, Surabaya: Putra Jaya




[1] Syaikh Mustofa As Saqo’, Terjemah matan Jurumiyah Soal Jawab, (1996)
[2] M. Maftuhin Sholeh Nadwi, Terjemah Alifiyah Ibnu Malik (Putra Jaya Surabaya 1986) 54.
[3] Ibid, 1986
[4] Ibid, 1986
[5] Syaikh Mustofa As Saqo’, Terjemah matan Jurumiyah Soal Jawab, (1996) 56 

No comments:

Post a Comment