NAIBUL FAIL
BAB I
PENDAHULUAN
Alhamdulillah
ucapan puji syukur tiada hentinya selalu saya panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta hidayahnya yang telah diberikan
kepada kita, sehubungan dengan tertulisnya makalah ini saya sebagai penulis
mengucapkan banyak – banyak terima kasih atas dukungan dan bimbingan ustadz
atas tertulisnya makalah ini.
Untuk memudahkan
pada pembaca untuk mempelajari ilmu nahwu para pembaca harus mempelajari dasar
ilmu nahwu dan ilmu nahwu itu sangat penting untuk dipelajari karena dengan
ilmu nahwu kita bisa mengerti dan memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits untuk itu
penulis akan menerangkan bab yang paling penting di dalam ilmu nahwu yaitu
Naibul Fail karena dengan memahami salah satu bab itu memang sangat penting dan
di dalam penulis akan menerangkan beberapa pengertian – pengertian naibul fail
dan lain – lain agar dapat memudahkan pada para pembaca untuk mempelajari dan
memahami Naibul Fail dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Naibul Fail
Naibul Fail ialah isim yang di baca rofa’ yang menempati
tempatnya fail yang dibuang atas isim yang disandarkan pada fi’il mabni majhul
atau yang menyerupainya. Dan dalam pengertian lain naibul fail ialah maf’ul bih
yang ditempatkan pada tempat fa’il setelah membuangnya dan di beri semua
hukumnya fa’il. Dan di dalam pengertian naibul fail harus di ketahui bahwa
naibul fail di bagi dua yaitu naibul fail isim dlomir dan naibul fail isim
dhohir dan contoh dari isim dlomir adalah seperti lafadz نصرنا، نصرت
dan lain – lain
dan contoh – contoh naibul fail dari isim dhohir seperti lafadz نصر
الجيشdan isim dlohir
itu di bagi dua yaitu:
1. Dlomir
muttasil
2. Dlomir
munfashil
Isim dhohir di
bagi menjadi tiga yaitu:
1. Isim Mufrod
2. Isim
Tasniyah
3. Isim Jamak[1]
B.
Sebab – sebab membuang Fa’il
Di dalam pembuatan naibul fail itu karena dibuangnya
fa’il dan diantara sebab – sebab membuang, fa’il adalah:
1. للعلم به(Karena sudah di ketahui)
Contoh: وحلق الانسان
ضعيفا
2. للجهل به(Karena tidak di ketahui, jadi tidak bisa menyebutkan)
Contoh: سرق
الامتعة البارخة
3. للخوف عليه(Karena mengawatirkan fa’il)
Contoh: ضرب ابن
احيك مساء
4. للحوف منه(Karena takut padanya)
Contoh: اختطفت طائرة
جارودا المتو جهة الهند
5. للرغبة فى اخفاءه للابهام(Karena ingin atau bermaksud untuk menyelamatkan dan
merahasiakan)
Contoh: ركب الحصن
امام ساحة المدرسة
6. لتعظيمه / لبشر فه(Karena kemuliaannya atau karena mengagungkannya)
Contoh: علملت
الفاحشة فى اليلة المنصرمة
7. لتحقيره(Karena meremehkannya)
Contoh: ئظم المعهد
تنظيما رصينا معجبا
8. لعدم
تعلق الفئدة بذكره(Karena tidak ada gunanya untuk disebutkan)
Contoh وادا حبيتم بتحية فحية فحيوا باحسن منها
اوردواها :[2]
C.
Cara membuat fi’il mabni majhul
Untuk membuat fi’il mabni majhul untuk fi’il madli yaitu
huruf pertama harus di baca dhomah dan huruf sebelum ahir dibaca kasroh dan
untuk fi’il mudhori’ maka huruf prtama dibaca dhomah dan huruf sebelum akhir
dibaca fathah.
Contoh:
Fi’il madli قرئ القران :
Fi’il Mudhori: ينصر الجيش
Dan dalam pembuatan fi’il mabni majhul jika fi’il madli
yang disandarkan pada naibul fail itu huruf pertama berupa ta’ muthowa’ah (تاءالطاوعة)maka huruf yang kedua juga dibaca
dlomah seperti huruf pertama contoh: تعلمت
Dan jika fi’il madli yang dimabnikan majhul itu, jika
huruf pertama berupa hamzah wasul, maka huruf yang ketiga juga dibaca dlomah
seperti huruf pertama.[3]
Contoh: استحرج
Apabila fi’il madli yang dimabnikan majhul itu terdiri
dari fi’il sulasi mu’tal ain (fi’il yang a’in fi’ilnya berupa huruf ilat) maka
fa’ilnya bisa dibaca tiga macam bacaan yaitu:
1. Di baca
kasroh dan mengganti huruf ilat (alif) dengan ya’
Contoh: بيعتasalnya باع
2. di baca
dlomah dan mengganti alif dengan wawu
Contoh: بوعasalnya باع
3. di baca
isymam (membaca)
Fi’il madli tsulasi binak mudloaf (yang ‘ain fi’ilnya dan
lam fi’ilnya hurufnya sama) yang mabnikan majhul itu fa’ilnya juga bisa dibaca
tiga macam yaitu dlomah, isymam, kasroh. [4]
Contoh: مدالحبل،
مدالحبل، مدالحبل
Fi’il madhi tsulasi mazid khumasi yang ikut wazan افتعلdan انفعلyang terdiri dari fi’il mu’tal ‘ain (معتل العين)itu jika di mabnikan majhul tiga
macam: dlomah, kasorh dan isymam seperti fa’ fiilnya fiil tsulasi mu’tal ‘ain
yang dimabnikan majhul.
Contoh:
a. yang ikut
wazan احتور : افتعل
b. yang ikut
wazan انقيد: انفعل
D. Lafadz – lafadz
yang bisa dijadikan naibul fa’il
Lafaldz – lafadz yang bisa dijadikan naibul fail itu ada
empat yaitu:
1. Maf’ul bih
contoh:
قرئ
القرانAsalnya قرأ محمد
القران
2. Masdar
contoh:
فرح
زيد فرحا شديدAsalnya فرح فرح شديد
3. Jer majrur
contoh:
جلس
على الكرسىAsalnya جلس حالد على
الكرسى
4. Dhorof
contoh:
Dhorof, masdar, jer majrur itu tidak bisa dijadikan
naibul fa’il (sekalipun sudah memenuhi syarat) jika dalam susunan atau kalimat
itu ada maf’ul bih (jadi yang berhak atau harus dijadikan naibul fa’il adalah
maful bih) akan tetapi kadang – kadang ada juga yang dijadikan naibul fail
(padahal dalam kalimat tersebut terdapat maf’ul bih)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Naibul Fa’il adalah isim yang dibaca rafa’ yang mengganti
kedudukan fa’il dan naibul fa’il itu dibagi dua yaitu terdiri dari isim dlomir
dan dhohir. Isim dlomir itu sendiri di bagi dua yaitu dlomir mutasil dan
munfasil dan isim dhohir itu dibagi tiga yaitu terdiri dari isim mufrod, isim
jamak, dan isim tasniyah dan sebab – sebab membuang fail adalah:
1. للعلم به
2. للجهل به
3. للخوف عليه
4. للحوف منه
5. للرغبة فى اخفاءه للابهام
6. لتعظيمه / لبشر فه
7. لتحقيره
8. لعدم
تعلق الفئدة بذكره
Sedangkan untuk membuat fi’il mabni majhul adalah bila
terdiri dari fi’il madli maka huruf pertama di baca dlomir dan huruf sebelum
ahir dibaca kasroh, dan jika terdiri dari fi’il mudlorik maka huruf pertama
dibaca dlomir dan huruf sebelum ahir dibaca fathah dan lafadz – lafadz yang
bisa dijadikan naibul fa’il itu ada empat yaitu: 1. Maf’ul bih 2. masdar 3. jer
majrur 4. dhorof. Dan untuk masdar jer majrur dan dhorof itu tidak bisa
dijadikan naibul fa’il jika dalam kalimat terdapat maf’ul bih.
B.
Saran
Untuk para pembaca kami sebagai penulis menyarankan untuk
mempelajari sesuatu itu pelajarilah dari bawah lalu pelajari yang lebih atas
lagi begitu juga dengan ilmu nahwu pelajari dari bab paling dasar lalu pelajari
yang lebih atas agar lebih mengerti dan memahami ilmu nahwu dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Sholeh, M.
Mafthuhin, 1986. Terjemah Alfiyah Ibnu Malik juz 2, Surabaya: Putra Jaya
Sholeh, M.
Mafthuhin, 1986. Terjemah Alfiyah Ibnu Malik juz 2 soal jawab, Surabaya: Putra Jaya
No comments:
Post a Comment