ISLAM DAN
ILMU PENGETAHUAN
(Matarantai
Peradaban yang Nyaris Terabaikan)
Oleh:
SYEKHUDDIN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak awal kelahirannya, Islam
sudah memberikan penghargaan yang begitu besar kepada, ilmu. Sebagaimana sudah
diketahui, bahwa Nabi Muhammad saw. ketika diutus oleh Allah sebagai rasul,
hidup dalam masyarakat yang terbelakang, dimana paganisme tumbuh menjadi sebuah
identitas yang melekat pada, masyarakat Arab masa itu. Kemudian Islam datang
menawarkan cahaya penerang, yang mengubah masyarakat Arab jahiliyah menjadi
masyarakat yang berilmu dan beradab.
Kalau dilacak akar sejarahnya,
pandangan Islam tentang pentingnya ilmu,tumbuh bersamaan dengan munculnya Islam
itu sendiri. Ketika Rasulullah saw.menerima, wahyu pertama, yang mula-mula
diperintahkan kepadanya adalah “membaca”.[1]
Jibril memerintahkan Muhammad:
“Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhan-mu yang menciptakan” QS. al-’Alaq (96): 1[2]
Perintah ini tidak hanya sekali
diucapkan Jibril tetapi berulang-ulang sampai Nabi dapat menerima wahyu
tersebut. Dari kata iqra inilah kemudian lahir aneka makna seperti
menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan
membaca teks baik yang tertulis maupun tidak.[3]
Wahyu pertama, itu menghendaki umat Islam untuk senantiasa membaca dengan
dilandasi bismi Rabbik, dalam arti hasil bacaan itu nantinya dapat
bermanfaat untuk kemanusiaan.
Selanjutnya, ada juga. ayat lain
yang menyatakan:
“Katakanlah: apakah sama
orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?, sesungguhnya (hanya) orang-orang yang berakallah yang dapat
menerima. pelaiaran” QS. (al-Zumar (39): 9[4]
Selain ayat-ayat tersebut di
atas, ada juga hadis Rasulullah yang menekankan wajibnya mencari ilmu, antara
lain: “Menuntut Ilmu wajib atas tiap-tiap muslim”(11R. Ibnu ‘Abdil Bar.Dari
Anas)[5]
Dengan demikian, Alquran dan
Hadis kemudian dijadikan sebagai sumber ilmu yang dikembangkan oleh urnat Islam
dalam spektrum yang seluas-luasnya. Lebih lagi, kedua sumber pokok Islam
ini memainkan peran ganda dalam penciptaan dan pengembangan ilmu-ilmu. Peran
itu adalah:
Pertama, prinsip-prinsip semua
ilmu dipandang kaum Muslimin terdapat dalam Alquran. Dan sejauh pemahaman
terhadap Alquran, terdapat pula penafsiran.,yang bersifat esoteris terhadap
kitab suci ini, yang memungkinkan tidak hanya pengungkapan misteri-misteri yang
dikandungnya tetapi juga pencarian makna secara lebih mendalarn, yang berguna
untuk pembangunan paradigma ilmu.
Kedua, Alquran dan Hadis
menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan ilmu dengan menekankan
kebajikan dan keutamaan menuntut ihnu; pencarian ilmu dalam segi apa pun pada
akhirnya akan bermuara pada penegasan Tauhid. Karena itu, seluruh metafisika
dan kosmologi yang lahir dari kandungan Alquran dan Sunnah merupakan dasar
pernbangunan dan pengembangan ilmu Islam. Singkatnya, Alqur’an dan Sunnah
menciptakan atmosfir khas yang mendorong aktivifas intelektual dalarn
konformitas.[6]
Dengan semangat Islam yang besar
menuntut ilmu, menjadikan kaum muslim memburu ilmu-ilmu pengetahuan dan
berbagai negara dan peradaban dunia diantaranya ilmu pengetahuan Yunani dan
India, namun bukan berarti ilmu pengetahuan Islam belum bekembang sebelum
pengadopsian ilmu dari dunia luar. Setelah berinteraksi ilmu islam dengan ilmu
pengetahuan yang lain maka munculah ilmuwan-ilmuwan baru dari kalangan kaum
muslim. seperd Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan yang lainnya.
Seiring dengan perkembangan ilmu penetahuan dan munculnya ilmuwan menjadikan
peradaban Islam menjadi pusat peradaban terutama, di masa pemerintahan Daulah
Umaiyah, Abbasiyah, dan Fatimiyah. Peradaban inilah yang menjadi cikal bakal
perkembangan renaisans di dunia barat.
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan pemahaman kita,
maka, penulis merumuskan beberapa, permasalahan sebagai berikut ini:
1. Bagaimana sejarah sainpainya
ilmu dan filsafat Yunani ke dunia Islam?
2. Bagaimana perkembangan ihnu
pada masa Islam klasik?
3. Bagaimana perkembangan iltnu
pada masa kejayaan Islam?
4. Bagaimana masa keruntuhan
tradisi keilmuan dalarn Islam?
5. Bagaimana peralihan ilmu ke
dunia Barat?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyampaian Ilmu dan
Filsafat Yunani ke Dunia Islam
Pengalihan pengetahuan ilmiah
dan Filsafat Yunani ke dunia Islam, dan penyempian serta pengintegrasian.
pengetahuan itu oleh umat Islam, merupakan sebuah catatan sejarah yang unik.
Dalam sejarah peradaban manusia, amat jarang ditemukan suatu kebudayaan asing
dapat diterima sedemikian rupa oleh kebudayaan lain, yang kemudian
menjadikannya landasan bagi perkembangan intelektual dan pemahaman
filosofisnya.[7]
Dalam perjalanan ilmu dan juga
filsafat di dunia, Islam, pada dasamya. terdapat upaya rekonsiliasi dalam arti
mendekatkan dan mempertemukan dua pandangan yang berbeda, bahkan seringkali
ekstrim antara pandangan filsafat Yunani, seperti filsafat Plato dan Aristoteles,
dengan pandangan keagamaan dalam Islam yang seringkah menimbulkan
benturan-benturan. Sebagai contoh kongkret dapat disebutkan bahwa Plato dan
Aristoteles telah memberikan pengaruh yang besar pada mazhab-mazhab Islam,
khususnya mazhab eklektisisme. Al-Farabi, alam hal ini, memiliki sikap yang
jeias karena ia percaya pada kesatuan filsafat dan bahwa tokoh-tokoh filsafat
harus bersepakat di antara mereka sepanjang yang menjadi tujuan mereka adalah
kebenaran. Bahkan bisa dikatakan para filosof Muslim mulai dari Al-Kindi
sarnpai Ibn Rusyd terlibat dalam upaya rekonsiliasi tersebut, dengan cara
mengemukakan pandangan-pandangan yang relatif baru dan menarik. Usaha-usaha
mereka pada gilirannya menjadi alat dalam penyebaran filsafat dan penetrasinya
ke dalam studi-studi keislaman lainnya, dan tak diragukan,lagi upaya
rekonsiliasi oleh para filosof Muslim ini menghasilkan aktivitas dan ikatan
yang kuat antara. filsafat Arab dan filsafat Yunani.[8]
Selanjutnya, ketika berbicara
tentang proses penyampaian ilmu. dan filsafat Yunani ke dunia Islam, kita harus
melihat sisi lain yang juga. menunjang keberhasilan Islam dalam menemukan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Sisi lain itu adalah aktivitas pentejermahan.
Menurut C. A. Qadir, proses penterjemahan penafsiran buku buku Yunani di
negeri-negeri Arab dimulai jauh sebelum lahirnya agama. Islam atau penaklukan
Timur Dekat oleh bangsa Arab pada tahun 641 M.[9]
Jauh sebelurn umat Islam dapat menaklukkan daerah-daerah di Timur Dekat, pada
saat itu Suriah merupakan tempat bertemunya dua kekuasaan dunia, Romawi dan Persia. Atas
dasar itu, bangsa Suriah disebut-sebut memainkan peran penting dalam penyebaran
kebudayaan Yunani ke Timur dan Barat. Di kalahgan umat Kristen Suriah, terutama
kaum Nestorian, ihnu pengetahuan Yunani dipelajari dan disebarluaskan melalui
sekolah-sekolah mereka. Walaupun tujuan utama sekolah-sekolah tersebut
menyebarluaskan pengetahuan Injil, namun pengetahuan ilmiah, seperti
kedokteran, banyak diminati oleh para pelajar. Sayangnya, pihak gereja
memandang ilmu kedokteran itu sebagai ihnu sekular dan dengan demikian
posisinya lebih rendah dari pada ilmu pengobatan spiritual yang merupakan hak
istimewa para pendeta.[10]
Selain itu, pada masa. ini juga
didapati pusat-pusat ilmu pengetahuan seperti Ariokh, Ephesus, clan Iskandariah, di mana. buku-buku
Yunani Purba masih dibaca dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, terutama
Siriani, bahkan setelah pusat-pusat itu ditaklukkan oleh umat Islam, pengaruh
pemikiran Yunani tetap mendalam dan meluas. Pada masa ini juga didapati seorang
tokoh Kristen bernama Nestorius, yang melakukan dekontruksi atas pemaharnan
teologi kalangan Kristen konservatif ortodoks, setelah ia terpengaruh oleh alam
pikiran Yunani tersebut. Ia bersama pengikutnya kemudian hijrah ke Suriah dan
melanjutkan kegiatan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani. Kegiatan ini pada
gilirannya menghasilkan terjemahan karya filosof Yunam seperh Phorphyrius, di
antaranya adalah Isagoge, Categories, Hermeneutica, dan Analytica Priori.
Pusat-pusat ilmu pengetahuan yang dipimpin oleh umat Kristen ini, terus
berkembang dengan bebasnya sampai mereka berada di bawah kekuasaan Islam. Hal
ini menunjukkan bahwa Islam tidak hanya mendukung adanya kebebasan intelektual,
tetapi juga membuktikan. kecintaan umat Islam terhadap ihnu pengetahuan dan
sikap hormat mereka kepada ilmuwan, tanpa memandang agama mereka.[11]
B. Perkembangan Ilmu
pada Masa Islam Klasik
Sebagaimaha telah disinggung di
atas bahwa pentingnya ilmu pengetahuan sangat ditekankan oleh Islam sejak awal,
mulai masa Nabi sampai dengan Khulafa al-Rasyidun, pertumbuhan dan perkembangan
ilmu berkembang dengan pesat seiring dengan tantangan zaman.
Di masa Rasululah dan
khulafaurrasiyidin ilmu pengetahuan peradaban berkembang, di berbagai bidang
seperti pemerintahan, perindusrtian, ekonomi (transaksi/ Muarnalah),
pendidikan, kesehatan dan lain-lain Raulullah di masa pernerintahan beliaulah
kepala negara dari Daulah Islam yang berpusat di madinah. Dan setelah Beliau
yaitu di masa sahabat berlaku system ke khilafahan. Sistem. pemerintahan Islam
yang diwajibkan oleh Tuhan alam semesta adalah sistem. Khilafah. Di dalam
sistem Khilafah inilah Khalifah diangkat metalui bailat berdasarkan Kitabullah
dan Sunnah Raulullah untuk memerintah sesuai dangan wahyu Allah yang turunkan. [12]
Karena itu, putuskanlah perkara
di antara mereka menurut apa yang telah Allah turunkan … QS. al-Maidah(5): 48
Sesungguhnya Imam/Khalifah itu
laksana perisai, tempat orang-orang berperang di belakanpya dan berlindunga
kepadanya.(H.R. Muslim).
System Khilafah ini berbeda,
dari system pernerintahan lainnya, system ini bukanlah system kemjaan, system
kekaisaran, federasi, ataupun republick. Sesungguhnya struktur negara Khilafah
berbeda dengan struktur semua sistern yang dikenal di dunia saat ini, meski ada
kerniripan dalam sebagian penwnpakannya. Sumktur negara Khilafah diambil
(ditetapkan) dari struktur negara yang ditegakkan oleh Rasulultah saw. di
Madinah setelah Beliau hijrah ke Madinah dan mendirikan Daulah Islam di sana. Sftuktur negara
Khilafah adalah sbuktur yang telah dijalankan oleh Yhulafaur Rasyidin setelah
Fmulullah saw. wafat.[13]
Dengan penelitian dan
pendalarnan terhadap nash-nash yang berkaitan dengan suuktur negara itu,
jelaslah bahwa sftuktur negara Khilafah dalmn bidang pernerintahan clan
administrasinya adalah sebagai berikut: I . Khalifah, 2. Para
Mu’6win at-Tafwfdh (Wuzard’ at-Tafwfdh), 3. Wuzard’at-Tanfidz, 4. Para Wali, 5. Amir al-Jihdd, 6.Keamanan Dalarn Negeri, 7.
Urusan Luar Negeri, 8. Industri, 9. Peradilan, 10. Mashdlih an-Nds
(Kernaslahatan Urnum) 11. Baitul Mal, 12. Lembaga. Informasi, 13. Majelis Umat
(SyUra dan MuhaSabah).[14]
Rasulullah saw. pernah
memerintahakan pendirian industri manjaniq(senjata pelontar) dan dababah
(semacam tank dati kayu). Al-Baihaqi telah menyebutkan riwayat dalarn Sunan
al-Baihaqi dari Abu Ubaidah ra. Yana berkata:
” Kernudian Rasulullah saw. Mengepung penduduk Thaif dan menggempurnya. dengan
manjaniq selarna, 15 hari…”[15]
hal ini menenclakan perkembangan ilmu. di bidang industri terutarna, masalah
persenjataan. Hal ini berdasar pada firman Allah SWT.:
Siapkanlah untuk menghadapi
mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi… Qs. al-Anfal(8): 60
Dalam masalah pendidikan ,
Rasulullah saw. menetapkan tebusan orang-orang kafir yang menjadi tawanan
perang Badar dengan mengajari 10 orang anak-anak kaum Muslim(membaca dan
menulis). Hal ini menggantikan harta tebusan yang termasuk ghanimah dan menjadi
milik kaum Muslim.[16]
Dan sebagimana, diketahui bersama bahwa Al-Qur’an dan Sunnalah sebagai sumber
ilmu, dan tidak hanya itu pun Al-Qur’an dapat juga menjadi obat bagi penyakit
fisik atau psikis. Dalam al-Qur’an di jelaskan bahwa madu juga merupakan obat
yang paling bagus. Dalam hadits-hadits Rasulullah saw. Menjelaskan tentang
habba saudah yang mampu menyembuhkan segala macam penyakit kecuali maut,
larangan mencapur makanan yang manis dan asin yang menjadi sumber penyakit,
anjuran makan makanan yang halal lagi baik, makan bila lapar dan berhenti
sebelum kenyang, anjuran menutup wadah air di malam hari karena Allah
menurunkan penyakit pada malam haridan masih banyak yang lainya.
Dalam riwayat menurut Wadiyah
Ibn Atha: “di madinah terdapatiga oang guru yang mengajar anak-anak,
khalifah Umar memberikan nafkah kepada tiaptiap mereka lima belas dinar setiap bulan (63,75 g
emas).” Dana ini diambil dari Baitul Mal (kas Negara. Demilianlag bukti
atas perhatian para sahabat erhadap ilmu pengetahuan.[17]
Demikianlah sekelumit ilmu.
pengetahuan di masa Rasulullah dan sahabat yang nyaris atau bahkan ingin
dihapus, dari sejarah oleh sebagian para sejarawan yang tidak senang kepada
Islam. Menjadikan kaum intelektual Muslim kekinian lebih mengenal peradaban
duma barat karena adanya kebohongan dalam penulisan seJarah, di sampmg sebagian
kaurn Muslim tidak tahu akan sejarah peraclabannya sendiri juga ada yang lebih
bangga mempelajari i1mu dan peradaban barat dan merasa malu ketika mempelajari
ilmu dan peradaban Islam, yang sebenarnya dijadikan inspirasi bagi ilmuwan
Barat meraih kegemilangan ilmu penetahuannya yang diawali dengan masa Renaissan.
Selanjutnya, satu hal yang patut
dicatat dalam kaitannya dengan., perkembangan ilmu dalam Islam adalah peristiwa
Fitnah al-Kubra, yang ternyata tidak hanya membawa konsekuensi logis dari segi
politis seperti yang dipahami selarna ini tapi ternyata juga membawa perubahan
besar bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu di dunia. Islam. Pasca tedadinya
Fitnah al-Kubra, muncul berbagai golongan yang memiliki aliran teologis
tersendiri yang pada dasarnya berkembang karena alasan-alasan politis. Pada
saat itu muncul aliran Syi’ah Yang membela, Ali, aliran Khawarij, dan kelompok
Muawiyah. Namun, di luar konflik yang muncul pada saat itu, seJarah mencatat
dua orang tokoh besar yang tidak ikut terlibat dalam. perdebatan teologis yang
cenderung mengkafirkan satu sama lain, tetapi justru mencurahkan perhatiannya
pada bidang ilmu agama. Kedua tokoh itu. adalah Abdullah Ibn Umar dan Abdullah
Ibn Abbas. Yang disebut pertama Mencurahkan perhatiannya dalam bidang ilmu
hadis, sementira yang disebut belakangan lebih berorientasi pada ilmu tafsir.
Keduatokoh ini sering disebut sebagai pelopor turnbuhnya institusi keulamaan
dalam Islam, sekaligus, berarti pelopor kaj ian mendalam dan sistematis tentang
agama Islam. Mereka juga sering disebut seb11moyang” golongan Sunni atau Ahl-al-Sunnah
wa ab Jama’ah.[18]
Seperti sudah disinggung di
atas, pasca Fitnah al-Kubra bermunculan berbagai aliran politik dan teologi,.
Dari sini kemudian dapat dikatakan bahwa sejak awal Islam kajian kajian dalam
bidang teologi sudah berkembang meskipun masih berbentuk embrio. Embrio inilah
Yang pada masa kemudian menemukan bentuknya yang lebih sisternatis dalam.
Kajian-kajian teologis dalam Islam.[19]
Sebagai contoh, persoalan tentang hukurn orang Yang berdosa besar; apakah
mu!min atau kafir, msalah kebebasan atau ketidakbebasan manusia dalam
menentukan perbuatannya, sudah diwakili sejak dini Perdebatan antara kalangan
Mu!tazilah dan Khawarij. Dari sini tampaknya, seperd ditulis Nasution,[20]
peranan akal dalam pergulatan pemikiran clan keilmuan dalarn tradisi Islam
dimulai.
Tahap penting berikutnya dalam
proses perkernbangan dan tradisi keilmuan Islam ialah masuknya unsur-unsur dari
luar ke dalam Islam, khususnya unsur-unsur budaya Perso-Semitik (Zoroastrianisme-
khususnya Mazdaisme, serta Yahudi dan Kristen) dan budaya Hellenisme. Yang
disebut belakangan mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran Islam ibarat
pisau bermata. dua. Satu sisi ia mendukung Jabariyah (antara lain oleh Jahm
Ibn’ Safwan), sedang di sisi lain ia mendukung Qadariyah (antara lain Washil
Ibn Atha’ tokoh dan pendiri Mu’tazilah). Dari adanya pandangan yang dikotomis
antara keduanya kemudian muncul. usaha menengahi dengan menggunakan
argurnen-argumen Hellenisme, terutama filsafat Aristoteles. Sikap menengahi itu
terutarna dilakukan oleh Abu At-Hasan AI-Asy’ari, dan Al-Maturidi yang juga
menggunakan unsur Hellenisme.[21]
Berdasarkan uraian di atas,
dapat ditarik sebuah hipotesis sementara bahwa pada awal Islam pengaruh
Hellenisme dan juga filsafat Yunani Terhadap tradisi keilmuan Islam sudah
semakin kental, sehingga pada saat selanjutnya pengaruh itu pun terus mewarnai
perkembangan ilmu pada masa berikutnya.
C. Perkembangan Ilmu
pada Masa Kejayaan Islam
Pada masa kejayaan kekuasaan
Islam, khususnya pada masa pernerintahan Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah,
Ilmu berkembang sangat maju dan pesat. Kemajuan ini membawa, Islam pada masa
keemasannya, di mana pada saat yang sama wilayah-wilayah yang jauh di luar
kekuasaan Islam masih berada pada masa kegelapan peradaban (Dark Age).
Dalam. sejarah Islam, kita
mengenal nama-nama seperti Al-Mansur, Al-Ma!mun, dan Harun Ar-Rasyid, yang
memberikan perhatian teramat besar bagi perkembangan ilmu. di dunia Islam. Pada
masa pernerintahan Al-Mansur, misaInya, proses penerjemahan karya-karya filosof
Yunani ke dalam bahasa Arab bez*an dengah pesat. Dikabarkan bahwa Al-Mansur
telah memerintahkan pene~emahan naskah-naskah Yunani mengenai filsafat dan
ilmu, dengan memberikan imbalan yang besar kepada para ahli bahasa (penedemah).
Pada masa Harun AI-Rasyid (786-809) proses pene~emahan itu juga masih terus
berlangsung. Harun memerintahkan,.Yuhanna. (Yahya) Ibn Masawayh (w. 857),
seorang dokter Istana, untuk mene~emahkan buku-buku kuno mengenai kedokteran.
Di masa, itu juga dite~emahkan karya-karya dalam bidang astronomi, seperti
Siddhanta; sebuah risalah India
yang dite~ernahkan oleh Muhammad Ibn Ibrahim al-Fazari (w.. 806). [22]
Pada masa selanjutnya oleh al Khawarizmi. Siddhanta ini dibuat versi baru
te~emahannya dan diberikan komentar-komentar.[23]
Selain itu juga ada Quadripartitus karya Purdemy, dan karya-karya bidang
astrologi yang dite~emahkan oleh satu tim sarjana.[24]
Perkembangan ilmu selanjutnya
berada pada masa pemerintahan AI-Ma!mun (813-833). la adalah seorang pengikut
Mu!tazilah dan seorang rasionalis yang berusaha memaksakan pandangannya kepada
rakyat melalui mekanisme negara. Walaupun begitu, ia telah berjasa besar dalam.
mengembangkan ilmu di dunia Islam dengan membangun Bait al-Hikmah, yang terdiri
dari sebuah perpustakaan, sebuah observatorium, dan sebuah departemen
pene~emahan. Orang terpenting di Bait al-Hikmah adalah Hunain, seorang murid,
Masawayh, yang telah berjasa menerjemahkan buku-buku Plato, Aristoteles,
Galenus, Appolonuis, dan Archimedes. Selanjutnya pada pertengahan abad ke-10
muncul dua penerjemah terkemuka yaitu Yahya Ibn A’di,(w. 974), dan Abu Ali Isa
Ibn Ishaq Ibn Zera (w. 1008). Yahya banyak mernperbaiki terjemahan dan menulis
komentar mengenai karya-karya Aristoteles, seperti Categories, Sophist,
Poetics, Metaphysics, dan karya Plato seperti Timaesus dan Laws. Yahya juga
dikenal sebagai ahli logika dan menedemahkan The Prolegorpena of Ammonius dan
sebuah kata pengantar untuk Isagoge-nya Pophyrius.[25]
Selanjutnya, pada masa kejayaan
ini, terdapat, juga tokoh- tokoh filsafat yang bergelut secara serius dalam.
kajian-kajian di luar filsafat. Hal im bisa dipahami karena adanya kenyataan
bahwa mereka menganggap ilmu-ilmu rasional sebagai bagian filsafat. Atas dasar
inilah mereka memperlakukan persoalan persoalan fisika sebagaimana mereka
memperlakukan masalah masalah yang bersifat metafisik. Salah satul bukti nyata
dan mi adalah kitab al-Syifa, sebuah ensiklopedi filsafat Arab yang terbesar,
yang berisi empat bagian. Bagian I mengenai logika, bagian II tentang fisika,
bagian III tentang matematika, dan bagian IV membahas metafisika. Dalam bagian
fisika, Ibn Sina ihnu-ihnu psikologi, zoologi, geologi, dan botani, dan pada
bagian maternatika ia membahas geometri, ilmu hitung, astronomi, dan
musik.[26]
Selain tokoh di atas, kita juga
mengenal Al-Kindi, seorang ilmuan yang lebih sering disebut saintis ketimbang
filosof, yang berminat besar dalam bidang matematika dan fisika. la bahkan
pemah berpendapat bahwa seseorang mungkin dapat menjadi filosof sebelum
mempelajari filsafat. Tokoh lainnya adalah Al-Farabi yang mengadakan penelitian
dalam bidang geometri dan mekanika, dan ia juga adalah seorang musikus muslim
yang terbesar. Salah satu karyanya dalam bidang musik adalah Kitab al-Musiqi
al-Kabir. Kemudian kita mengenal Ibn Bajah, Ibn Tufail, dan Ibn Ruslid,
yang hidup di Andalusia dan bergelut secara intensif dalam bidang kedokteran.
Ibn Rusyd, misalnya, mengarang al-Kulliyat yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin pada pertengahan abad ke-13 M. Selanjutnya ada Muhammad Ibnu
Zakaria AI-Razi, dokter terbesar dalam Islam, bahkan di seluruh masa Abad
Pertengahan. la terkenal karena orisinalitasnya dan pandangannya yang jernih
dan kemampuannya menemukan jenis-jenis penyakit yang belum dikenal sebelumnya.
Kitabnya yang berjudul al-Hawi adalah kitab yang paling terkemuka di
antara karya-karya kedokteran Arab yang diambill manfaatnya oleh orang-orang Latin.[27]
Sederetan nama yang penulis
sebutkan di atas, hanya sebagian kecil saja dari para saintis dan juga filosof
Muslim yang memberikan sumbangan tak ternilai. bagi kemajuan ilmu. Selain
mereka tentu masih banyak tokoh-tokoh lain yang karena alasan pembatasan
pembabasan, tiak dapat penulis sebutkan satu persatu. Selain adanya
perkembangan ilmu yang dapat dikategorikan ke dalam bidang eksakta, matematika,
fisika, kimia, geometri, dan lain sebagainya, sejarah juga mencatat kemajuan
ilmu-ihnu keislaman, baik dalam bidang tafsir, hadis, fiqih, ushul fiqih, dan
disiplin ihnu keislarnan yang lain. Perkembangan ilmu taffir dan’ulum Alquran
belum menemukan bentuknya yang konkret sampai dengan abad ke-3 H.[28]
Dalam bidang hadis, perkembangan
Ilmu hadis dimulai sejak Imam Syafi’i menyusun kitabnya. yang bernama ar-Risalah.
Kitab ini mernuat problematika sanad dan rn-atan hadis, walaupun fidak demikian
terperinci seperti y-ang dikemukakan oleh para ulama sesudahnya. Pada
perkembangan selanjutnya ilmu hadis semakin dipertuas pembabasannya deengan
mengambil dua bentuk., Pertama, ilmu. riwayah yattu suatu ilmu untuk mengetahu
sabda, perbuatan, pengakuan dan Isifat Nabi Saw. dari segi ketepatan,
pengutipan, peinbukuan, dan penieliharan penwayatan. Kedua, ilmu dirayah, yaitu
ilmu yang membahas sanad dan matan dan segi diterima atau ditolaknya.suatu
hadis, sehingga melahirkan kaidah yang berkaitan dengannya. Kitab yang
berkaitan secara khusus dengan ilmu hadis muncul pada akhir abad ke-3, di
antaranya kitab al-Muhaddis al-Fasil bain arRawi wa al-Way karya
ArRa-mahurmuzi. Kemudian pada abad, ke-4 menyusul. Al-Hakim An-Naisabun dengan
karyanya Ma’rifah al-Num al-Hadis. Menyusul kemudian Al-Baghdadi derigan
kitabnya al-Kifayahfi fim ar-Riwayah, pada, abad ke-5. iftnu hadis terus
berkembang hingga mencapai puncaknya pada abad ke-7dengan munculnya kitab
Muqaddimah ibn Salahfi Num al-Hadis, karya Ibn Shalah.[29]
Selain dalam bidang Alquran dan
Hadis, ilmu fiqih dan ushul fiqih telah mengalami perjalanan panjang hingga
tabentuk seperti sekarang ini.. Fiqih menjadi sebuah disiplin ilmu dengan
mengalami beberapa tahapan. Pertama, tahap pembentukan pada masa, Rasulullah,
Khulafa al-Rasyidun, hmgga paruh . pertarna abad ke- I H. Kedua, tahap
pernbentukan fiqih yang dimulai pada paruh perUma abad ke-1 H hingga decade
awal abad ke-2 H. Pada tahap ini fiqih telah berbentuk mazhab.
Ketiga, tahap pematangan bentuk
yang dimulai sejak decade awal abad ke-2 H hingga pertengahan abad ke-4 H. Pada
masa ini ijtihad fiqih dikodifikasi dan. dilengkapi dengan ilmu ushul fiqih.
Hal ini dapat terjadi atas perhatian yang diberikan Khalifa dalam
pengembangan Ilmu pengetahuan. Sejak abad IV H. para Khalifah membangun
berbagai perguruan tinggi yang dilengkapi dengan “iwan” (auditorium), asram
mahasiswa, juga perumahan dosen dan ulama. Sealin itu pergurua tunggi tersebut
juga dilengkapi taman-taman rekreasi, kamar mandi. Dapur, dan ruang makan.[30]
Dalam sejarahnya yang sangat
panjang Khilafah Islam tidak pernah mengadakan suatu ujian dalam
lembaga-lembaga pendidikan negeri maupun swasta. Yang ada hanyalah ide
pemberian “ijazah” sebagai pengganti dari ujian-ujian. apabila ada seorang
siswa yang telah bertahun-tahun menekuni suatu ilmu, dan telah nampak
penguasaannya atas ilmu tersebut, maka disebarkan pemberitahuan kepada
siswa-siswa dan dewan guru. kcmudian diselenggarakan suatu sidang yang dihadiri
oleh para ulama dan ilmuwan. Dalam sidang itu siswa yang telah Menyelesaikan
suatu mata pelajaran tertentu atau suatu kitab tertentu ditanyai mengenai ilmu
yang ia tekuni. Apabila terlihat tanda kecakapan dan keistimewaan pada dirinya,
ia diberikan hakhak yang membolehkannya melakukan perbuatan-perbuatan: (1)
Mengajarkan ilmunya; (2) Meriwayatkan hadits Rasulullah SAW yang berasal dari
guru-gurunya; (3) Rerfatwa; (4) Mengobati penyakit, bila ia sudah menguasai
ilmu kedokteran; (5) Meracik obat-obatan; dan lain-lainnya sesuai dengan
kepandaiannya.[31]
Teknik munadborob (diskusi) atau
ujian lisan mengenai suatu ilmu, seperti misalnya ilmu falak, syari’at, bahasa,
dan lain-lain merupakan teknik yang paling sesuai untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan siswa dalam memahami pengetahuan yang ia pe-lajari. Sedangkan
sistem ujian tulis akan mematikan daya cita dan kreatifitas siswa, dan
pengadaan ujian tulis akan mendorong masyarakat hanya mengarahkan cita-citanya
untuk mendapatkan predikat atau titel saja tanpa dilihat kemampuannya dalam
mengajar, beijtihad, berfatwa, dan berkreasi.[32]
Keempat, adalah tahap kemunduran
fiqih yang ditandai oleh jatuhnya Baghdad
ke bangsa Tartar dan tertutupnya pintu ijtihad oleh para ulama.seingga tidak
ada yang mampu menggali hukum terhadap fenomena yang berkembang di kemudian
hari. Sehinga setiap yang baru yang datangnya dari barat dianggap tidak layak
diambil oleh ummat Islam.
D. Masa Keruntuhan
Tradisi Keilmuan dalam Islam
Abad, ke-18 dalam sejarah Islam
adalah abad yang paling menyedihkan bagi umat Islam dan memperoleh catatan
buruk bagi peradaban Islam secara, universal. Sepertl yang diungkapkan oleh
Lothrop Stoddard, bahwa menjelang abad ke-18, dunia Islam teiah merosot
ke.tingkat yang terendah. Islam tampaknya sudah mati, dan yang tertinggal
hanyalah cangkangnya yang kering kerontang berupa ritual tanpa j iwa dan
takhayul yang merendahkan martabat umatnya. Ia, menyatakan seandainya Muhammad
bisa kembali hidup, dia pasti akan mengutuk para pengikutnya: sebagai kaum
murtad dan, musyrik.[33]
Pemyataan Stoddard di atas
menggambarkan begitu dahsyatnya proses kejatuhan peradaban dan tradisi keilmuan
Islam yang kenfudian menjadikan umat Islam sebagai bangsa yang dijajah oleh
bangsa-bangsa Barat. Runtuhnya bangunan tradisi keilmuan Islam secara garis
besar dapat diterangkan karena adanya sebab-sebab berikut.[34]alarn
bukunya, The Reconstruction of . Religious Thought. in Islam lqbal meny atakan
bahwa, salah satu penyebab utama kematian semangat ilmiah di kalangan umat
Islam adalah diterimanya paham Yunani mengenai realitas yang pada pokoknya
bersifat statis, sementara jiwa Islam adalah difiamis dan berkembang. Ia.
Selanjutnya mengungkapkan bahwa semua aliran pemikiran Muslim bertemu dalarn
suatu teori Ibn Miskawaih mengenai kehidupan sebagai suatu gerakan evolusi dan
pandangan Ibn Khaldun mengenai sejarah.[35]
Jika asumsi lqbal di atas bisa
diterima, tepat apa yang dilukiskan oleh Amin Abdullah tentang sifat
kedinamisan ilmu. ketika ia menyatakan menurut telaah filsafat ilmu, hampir
semua jenis kegiatan ilmu, baik natural sciences maupun social sciences, bahkan
religious sciences, selalu mengalami apa yang disebut.dengan shifting paradigm
(pergeseran gugusan pernikiran keilmuan). Kegiatan ilmu selamanya bersifat
historis, lantaran dibangun, dirancang, dan dirumuskan oleh akal budi manusia
yang juga bersifat historis. Yang dimaksud bersifat historis adalah terikat
ruang dan waktu, terpengaruh oleh perkembangan pemikiran dan perkembangan
kehidupan social Yang mengitari penggal waktu ternentu. Dengan begitu, sangat
dimungkinkan terjadinya perubahan, pergeseran, perbaikan, perumusan kembali,
nasikh dan mansukh, serta rancang bangun epistemologi keilmuan.
Jika tidak demikian, maka.
kegiatan keilmuan akan mandeg dengan sendirinya alias statis.[36]
Sebab lain Yang menyebabkan kehancuran tradisi keilmuan Islam adalah persepsi
yang keliru dalam memahami pemikiran Al-Ghazali. Orang umumnya mengecam
AI-Ghazali karena ia menolak filsafat seperti yang ia tulis dalarn Tahafu t al-
Falasifahnya. Padahal ia sebenamya menawarkan sebuah metode yang ilmiah dan
rasional, dan juga menekankan pentingnya pengamatan dan analisis, serta sifat
skeptis.Hal ini misalnya ia tuangkan dalarn karyanya berjudul al-Munqidz min
sl-Dalal. Selain itu umat Islam.juga tidak memperhatikan karya Ibn Rusyhd
(Tahafut al-Tahafut), , yang membela Aristotehanisme dan mengecam
kritik.Al-Ghazali kepada filsafat. Seandainya orang mau meluangkan waktunya untuk
mengkaji karya Ibn Rushd itu, barangkali kemerosotan rasional di kalangan umat
Islam tidak akan separah sekarang ini.
Fiqih merupakan ilmu pertama
yang dikembangkan oleh ummat Islam. Keempat sumbernya yang utarna yaitu
Alquran, Sunnah, ljma’ dan Qiyas, merupakan sumber hukum yang tetap. Namun
karena sifatnya yan tetap itulah kaum Muslim harus menggunakan metode deduktif
untuk sampai kepada keputusan mengenai masalah-masalah khusus, dan pada saat
yang sama metode induktif kehilangah semangatnya. Di masa dekadensi, kegiatan
intelektual sedang mencapai titiknya yang terendah, tidaklah mengherankan jika
orang kemudian. menjadi bersikap dogmatis dan taklid secara membuta.[37]
Para penguasa seringkali merasa
takut dengan tersebar luasnya peodidikan, dan pengetahuan di kalangan massa yang dapat
menggerogoti kekuasaan mereka yang mutlak. Munculnya orang-.orang yang pandai
dan terampil,menyebabkan Ionggamya pengaruh golongan elit feodal dan keagamaan.
Dengan membuka kesempatan, baru bagi masyarakat dan menawarkan cara yang baru
sama sekali untuk memperoleh pengaruh melalul pengetahuan dan bukan melalui
pewarisan, maka penyebarluasan ilmu dan teknologi menadikan dasar kekuasaan
golongan yang mempunyai hak-hak istimewa. Selain sebab-sebab di atas,
-kesulitan-kdsulitan ijtihad dan mistisisme asketik Juga merupakan faktor Yang
menyebabkan kemunduran tradisi. intelektual dan keilmuan di dunia Islam. [38]
Menurut Abdul Qadim Zallum sebab
sebab kemerosotan Ummat Islam beberapa hal diantaranya yang paling menonjol:
(1) Transfer filsafat-filsafat India, Persia dan Yunani, serta adanya
upaya sebagian kaurn muslimin untuk mengkompromikannya dengan Islam, walaupun
terdapat perbedaan mendasar diantara keduanya.
(2) Adanya manipulasi ajaran
Islam oleh orang-orang yang membenci Islam. Baik berupa ide-ide atau hukum
hukum yang sebenarnya tidak bersumber dari Islam, dengan tujuan merusak citra
Islam dan menjauhkan kaum muslimin dari Islam.
(3) Diabaikannya bahasa Arab
dalarn memahami dan melaksanakan ajaran Islam, disusul kemudian dengan
dipisahkannya dari Islam pada abad ketujuh Hijriyah..Padahal agama Islam tidak
mungkin dapat dipahami tanpa bahasa Arab. Seperti misalnya dalam pengambilan
hukum-hukum baru pada berbagai peristiwa yang berkembang, yang dilakukan dengan
jalan ijtihad; ini tidak akan dapat dilakukan, tanpa menggunakan bahasa Arab.
(4) Serangan gelombang
missionaris, dan serangan (orientalis) dalam bidang kebudayaan, menyusul
serangan secara politis (yang mendominasi dunia Islam) dari negara negara kafir
Barat, sejak abad ke-17 Masehi, dengan tujuan mengalihkan pandangan dan
menjauhkan kaum muslimin dari Islam, yang pada akhimya untuk menghancurkan
Islam.[39]
E. Beralihnya Ilmu
Pengetahuan ke Dunia Barat
Masih berkaitan dengan era
kejayaan keilmuan Islam, perlu juga disinggung secara sepintas tentang
transformasi. ilmu dan duma Islam ke Barat. Terjadinya transformasi kebudayaan
dan khususnya ilmu dari dunia Islam ke Barat disebabkan paling tidak oleh dua
alasan. Pertama, kontak pribadi.. Setelah penalukan Arab atas Persia, Syam dan Mesir, orang orang
Kristen di Timur mengadakan kontak dengan orang-orang Islam. Mereka hidup
bersama dan menikmati toleransi agama yang besar. Mereka juga mengikuti
kegiatan intelektual dan kebudayaan kaum Muslim yang mempunyai dokter-dokter,
kimiawan, matematikus, dan para ahli astronom yang memberikan sumbangan khusus
dalam penerjemahan warisan Yunani ke dalarn bahasa Arab.[40]
Terjadinya peralihan ilmu
pengetahuan dari Islam ke dunia Barat dapa dilahat dari beberapa factor
berikut ini :
adanya pelajar-pelajar barat
yang belajar di duinia Islam,seperti yang dilakukan oleh Raja Inggeris
mengirim keluarganya untuk belajar di Negara Khilafah, seperti yang tampak
dalam surat dari George II, Raja Inggeris, Swedia, Norwegia, kepada Khilafah
Hisyam III diAdalusia Spanyol, kutipan surat tersebut antara lain:
“ Kami mengharap anak-anak
kami bisa menimba kagungan yangideal ini agar kelak menjadi cikal bakal
kebaikan untuk mewaisi peninggalan yang Mulia guna memberi cahaya ilmu di
negeri kami, yang masih diliputi kebodohan dari brbagai penjuru dunia.”[41]
Terjadinya kontak pribadi ini
juga disebabkan karena.Byzantium secara geografis berdekatan dengan Dunia
Islam. Dari sinilah kemudian gagasan-gagasan Barat masuk ke Dunia Islam dan
uniknya gagasan-gagasan dari Dunia Islam masuk ke Barat, khususnya sesudah
Perang Salib. Alasan yang lain, adanya kegiatan penerjemahan. Tidak dapat
dipungkiri kebudayaan Islamlah yang mendorong orang-orang Latin melakukan
penerjemahan. Setelah mengenal sebagian khazanah kebudayaan Islam mereka lalu.
memperkaya pengetahuan mereka tentangnya. Mereka pernah mencoba menterjemahkan
Alquran pada abad ke-10 Masehi. Namun, gerakan penterjemahan, yang sesungguhnya
baru bermula pada abad ke-12. Toledo dan Palermo adalah dua pusat
penerjemahan tersebar saat itu yang banyak mengoleksi sumber-sumber Arab berkat
perantaraan orang Yahudi dan hubungan mereka dengan orangorang Kristen dan
Islam.[42]
KESIMPULAN
- Proses penyampaian ilmu dan filsafat Yunani ke dunia Islam melalui proses penterjemahan penafsiran buku buku Yunani di negeri-negeri Arab dimulai jauh sebelum lahirnya agama. Islam.
- Perkembangan ilmu pada masa klasik sangat maju karena prinsip-prinsip semua ilmu terdapat dalam Alquran dan Hadis; pencarian ilmu dalam segi apa pun pada akhirnya akan bermuara pada penegasan Tauhid. Tapi pada masa pemerintahan Ali Fitnah Besar menimpa kaum muslim memunculkan paham teologis, namun ada yang tidak melibatkan diri.dan merea adalah moyang Ahlussunnah Waljamaa’ah, kemudian masuklah unsur-unsur dari luar ke dalam Islam, seperti unsur-unsur budaya Perso-Semitik (Zoroastrianisme- khususnya Mazdaisme, serta Yahudi dan Kristen) dan budaya Hellenisme.
- Pada masa kejayaan 3 dinasti besar Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah, Fatimiyah Ilmu berkembang sangat maju dan pesat. Kemajuan ini membawa, Islam pada masa keemasannya, dengan kelahiran tokoh ilmuwan muslim di segala bidang.
- Masa keruntuhan tradisi keilmuan dalam islam terjadi karena: a. Transfer filsafat-filsafat India, Persia dan Yunani, b. Adanya manipulasi ajaran Islam oleh orang-orang yang membenci Islam, c. Diabaikannya bahasa Arab menebakan sulit berijtihad, d. Serangan gelombang missionaris, dan serangan (orientalis) Serangan gelombang missionaris, dan serangan (orientalis).
- Ilmu pengetahuan beralih ke dunia barat: a. adanya pelajar-pelajar barat yang belajar di duinia Islam, b. penterjemahan besar-besaran buku ke berbagai bahasa, c. perampasan ilmu-ilmu Islam dengan jalan perang salib.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik (et. Al).,
Ensiklopedi Temads dWa Islam. Jilid IV; Jakarta:
Ictiar Baru
Van Hove, 2002
“ Al-Wa’ie”, No. 86 Tahun VIII, 1-31 Oktober 2007.
Azra, Azyumardi, Pendidikan
Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru.
Cet. 3; Jakarta: Kahinah, 2001
al-Baghdadi, Abdurrahman,
Sistem Pendidikan di Masa Khilafa Islam ; editor Nur Eva.
Surabaya: Al-Izzah,
1996.
Bahtiar, Amsal, Filsafat
Ilmu (Edisi. 3; Jakaita: PT. Raja Grafindo Persada, 2006
Departernen Agama R1, Al-
Hikmah Al-Quran dan Terjemahannya. Cet. 10; Bandung:
Diponegoro
al-Hasyimi, Ahmad, Mukhtar
al- Hadits an-Nabawiyah. Cet. 12; Kairo: Syirkah Nur
Asiya, t.t., h. 93.
Hizbut tahrir, Ajhizah
al-Daulah Al-Khilaifah (Stuktur Negara Khilafah), penterjemah
Yahya A.R.Cet.1; Jakarta: Hizbut Taluir Indonesia, 2006.
Shiddiq al-Jawi, Pembiayaan
Pendidikan dalam Islam, ( Abdurrahman Muhammad
Khalid, Soal Jawab Seputar
Gerakan Islam), “ AlWa’ie” No. 81 Tahun VII,(1-31
Mei 2007.
Madjid, Nur Cholis, Kaki
Langit Peradaban Islam,(Cet. 1; Jakarta:
Paramadina, 1997.
Qatrun Nadaa, “Politik
Pendidikan Islam ,“ El-Wa’ie, No. 59 Tahun V, 1-31 Juli 2005.
Nasution, Harun, Akal dan
Wahyu dalam Islam, (Cet.1; Jakarta:
U1 Press, 1982.
Qadim Zallum, Abdul, Hizbut
Tahrir, penerjemah Abu Afif Nurkhalis, Mengenal Sebuah Gerakan Islam
di Timur Tengah Hizbut Tahrir. Jakarta: Al Khilafa, t.t.
Qadir CA, , Filsafat dan I1mu
Pengetahuan dalam Islam, alih bahasa: Hasan Basari,(Edisi 1; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1989
Shihab, M.Quraish, Wawasan
AI-Quran: Tairsir MauduI atas Berbagai Persoalan Umat, Cet. 12; Bandung: Mizan, 2001
No comments:
Post a Comment